RISIKO dan TINGKAT PENGEMBALIAN
BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latar
belakang Masalah
Risiko dapat diartikan
sebagai kemungkinan terjadinya peristiwa yang tidak menguntungkan. Sebagai
istilah ekonomi, risiko memiliki arti probabilitas tidak tecapainya tingkat
keuntungan yang diharapkan (return) atau juga berarti kemungkinan return
yang diterima menyimpang dari return yang diharapkan. Sementara isilah return
itu sendiri memiliki arti keuntungan yang diharpkan oleh perusahaan (Farah
Margaretha, 2014: 67).
Banyak orang mengakui bahwa
risiko harus diperhatikan dalam menentukan nilai antara risiko dan hasil
pengembalian membentuk dasar untuk memaksimumkan kekayaan pemegang saham. Dan
selanjutnya, ada kontroversi terhadap apa sebetulnya risiko dan bagaimana
risiko harus diukur (James dan John, 1997: 94).
Dari uraian diatas,
penulis ingin membahas tentang risiko dan tingkat pengembalian, semoga
pembahasan ini bisa menjadi tambahan ilmu serta bisa kita gunakan dalam praktik
sesungguhnya dalam memegang perusahaan, serta menjadi investasi kami di akhirat
kelak. Amien……
2.
Rumusan
Masalah
1.
Apakah pengertian
risiko dan tingkat pengembalian?
2. Bagaimanakah
penggunaan distribusi probabilitas untuk mengukur risiko?
3. Bagaimanakah
cara mengukur risiko yang berdiri sendiri?
4.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui
pengertian risiko dan tingkat pengembalian.
2. Untuk
mengetahui penggunaan distribusi probabilitas dalam mengukur risiko.
3. Untuk
mengetahui cara mengukur risiko yang berdiri sendiri.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Risiko dan Tingkat Pengembalian
1. DefinisiRisiko(Risk)
Risiko
didefinisikan dalam kamus Webster’s sebagai
kecelakaan, ’’bahaya yang dihadapkan pada kerugian atau kecelakaan”.
Risiko mengacu pada peluang bahwa beberapa kejadian yang tidak menguntungkan.
Risiko
aktiva dapat dianalisis dengan dua cara, yaitu sebagai berikut:
1.
Atas dasar berdiri
sendiri (Stand-Alone Basis)
Merupakan risiko yang akan
dihadapi investor,jika dia hanya memiliki satu jenis aktiva, baik aktiva riil
maupun aktiva keuangan.
2.
Atas dasar portofolio
(Portofolio Basis)
Portofolio adalah sekumpulan investasi
aktiva atau sekuritas, sebagai salah satu dari seluruh aktiva atau sekuritas
dalam portofolio.
Tidak ada investasi yang akan dilakukan,
kecuali tingkat pengemblian yang diharapkan cukup tinggi untuk mengompensasi
investor atas risiko investasi yang dihadapinya. Secara alamiah, risiko
investasi mungkin tidak menghasilkan tingkat pengembalian yang diharapkan. Jika
aktiva selalu memberikan tingkat pengembalian yang diharapkan, maka aktiva
tersebut tidak akan berisiko.
Risiko investasi dihubungkan dengan
probabilitas laba aktual yang lebih kecil dari pada tingkat pengembalian yang
diharapkan. Jikaa peluang tingkat pengembaliannya rendah atau negatif, maka investasi tersebut semakin berisiko[1].
1. Definisi Return
Return
adalah
keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan, individu dan institusi dari hasil
kebijakan investasi yang dilakukannnya. Adapun menurut R.J. Shook return
merupakan laba investasi, baik melalui bunga ataupun dividen.
Ada
beberapa pengertian return yang umum dipakai dalam dunia investasi, yaitu:
1. Return on equity atau imbal hasil atas ekuitasmerupakan
pendapatan bersih dibagi ekuitas pemegang saham.
2.Return
of capital atau
imbal hasil atas modal merupakan pembayaran kas yang tidak kena pajak kepada
pemegang saham yang mewakili imbal hasil modal yang di investasikan dan
bukannnya distribusi dividen. Investor mengurangi biaya investasi dengan jumlah
pembayaran.
3. Return on investment atau imbal hasil atas investasi merupakan
membagi pendapatan sebelum pajak terhadap investasi untuk memperoleh angkan
yang mencerminkan hubungan antara investasi dan laba.
4.Return
on invested capital atau
imbal hasil atas modal investasi merupakan pendapatan bersih dan pengeluaran
bungan perusahaan dibagi total kapitalisasi perusahaan.
5.Return
realisasi
( realized return) merupakan return yang telah terjadi.
6. Return on net work atau imbal atas kekayaan bersih merupakan
pemegang saham dapat menentukan imbal hasilnya dengan membandingkan laba bersih
setelah pajak dengan kekayaan bersihnya.
7.Return
on sales atau
imbal hasil atas penjualannnya merupakan untuk menentukan efesiensi operasi
perusahaan, seseorang dapat membandingkan persentase penjualan bersihnya yang
mencerminkan laba sebelum pajak terhadap variabel yang sama dari periode
sebelumnya. Persentase yang menunjukkan tingkat efisien operasi ini
bervariasiantar industri.
8.Return
ekspektasi
( expected return) merupakan return yang diharapkan akan
diperoleh oleh investor di masa
mendatang.
9. Return total (total return)
merupakan keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu.
10. Return realisasi portofolio ( portfolio realized return) merupakan
rata-rata tertimbang dari return-return realisasi masing-masing sekuritas
tunggal di dalam portofolio.
11. Return ekspektasi portofolio ( portfolio
expected return) merupakan rata-rata tertimbang dari
return-returnekspektasi masing-masing sekuritas tunggal di dalam portofolio[2].
1. Definisi Risk and Return
Risk
and return merupakan kondisi yang dialami oleh perusahaan, institusi dan
individu dalam keputusan investasi yaitu baik kerugian ataupun keuntungan dalam
suatu periode akuntasi. Dalam dunia investasi dikenal adanya hubungan kuat
antara risk dan retu, yaitu jika risiko tinggi maka return (keuntungan)
juga akan tinggi begitu pula sebaliknya jika return rendah maka risiko juga
akan rendah. Dapat disimpulkan pernyataan di atas bahwa hubungan antara risk
and return adalah:
1. Bersifat
linear atau searah.
2. Semakin
tinggi return maka semakin tinggi pula risiko.
3. Semakin
besar asset kita tempatkan dalam keputusan investasi maka semakin besar pula
risiko yang timbul dari investasi tersebut.
4. Kondisi
hubungan yang bersifat linear ini hanya mungkin terjadi pada pasar yang
bersifat normal, karena pada kondisi pasar yang tidak normal semua ini bisa
saja berubah atau tidak seperti yang diharapkan[3].
5.
Penggunaan
Distribusi Probabilitas Untuk Mengukur Risiko
Probabilitas
dapat didefinisikan sebagai peluang akan terjadinya suatu peristiwa. Sedangkan
distribusi probabilitas adalah daftar kemungkinan setiap kejadian dan hasil
yang ditentukan oleh probabilitas[4].
Pengembalian saham akan datang melalui deviden plus modal, yang dapat diartikan
semakin tinggi probabilitas perusahaan tersebut akan gagal mencapai kinerja
seperti yang diinginkan, maka ekspektasi pengembaliannya harus semakin tinggi
untuk dapat membuat anda berinvestasi dalam saham tersebut[5].
Distribusi probabilita dapat diringkas
menjadi 2 parameter distribusi yaitu: (1) pengembalian yang diharapkan,
dan (2) deviasi standar.
1. Pengembalian yang diharapkan dan Deviasi Standar
Pengembalian
yang diharapkan, Ṝ , adalah:

Dimana
Ri, adalah pengembalian untuk kemugkinan ke – i, Pi
adalah probabilita terjadinya pengembalian tersebut, dan n adalah jumlah total
probabilita. Karena itu, pengembalian yang diharapkan secara sederhana dalah
rata-rata tertimbang dari pengembalian yang memungkinkan, dengan
penimbang-penimbangnya sebagai probabilita terjadinya. Untuk distribusi dari
pengembalian yang memungkinkan, seperti yang ditunjukkan dalam tabel 5-1,
pengembalian yang diharapkan adalah 9%.
Untuk melengkapi gambaran
kedua parameter distribusi pengembalian, kita perlu pengukuran dispersi atau
penyimpangan di sekitar pengembalian di sekitar pengembalian yang diharapkan.
Pengukuran konvensional dispersi adalah deviasi standar. Semakin besar
deviasi standar pengembalian, semakin besar penyimpangan hasil pengembalian,
semakin besar resiko investasi. Deviasi standar, o , dapat dirumuskan secara
metematis:

Dimana
menyatakan akar akurat. Kuadrat dari hasil
deviasi standar σ 2,
dikenal sebagai varians distribusi. Secara operasional biasanya kita hitung
dulu varians distribusi, atau rata-rata tertimbang deviasi yang yang
dikuadratkan dari kemungkinan terjadinya rata-rata distribusi, dengan penimbang
yang menjadi probabilita terjadinya. Kemudian, akar kuadrat dari gambaran ini
menghasilkan deviasi standar. Tabel dibawah ini menunjukkan contoh besarnya
varians distribusinya adalah 0,00703. Jika nilai ini di akar kuadratkan,
maka deviasi standar distribusi adalah 8,38%[6].

Tabel,
ilustrasi penggunaan distribusi probablitas dari kemungkinan pengembalian dari
satu tahun untuk menghitung pengembalian yang diharapkan dan deviasi standar
dari pengembalian.
Pengembalian yang mungkin, Ri
|
Probabilita terjadinya, Pi
|
![]() |
Penghitungan Varians
![]() ![]() |
-.10
|
.05
|
-0.05
|
(-.10 -.09)2 (.05)
|
-.02
|
.10
|
-0.02
|
(-.02 -.09)2 (.10)
|
.04
|
.20
|
.008
|
(-.04 -.09)2 (.20)
|
.09
|
.30
|
.027
|
(-.09 -.09)2 (.30)
|
.14
|
.20
|
.028
|
(-.14 -.09)2 (.20)
|
.20
|
.10
|
.020
|
(-.20 -.09)2 (.10)
|
.28
|
.05
|
.014
|
(-.28 -.09)2 (.05)
|
|
![]() |
![]() |
![]() |
Devisiasi Standar = (0.00703) = .083
=
![]() |
Penggunaan
informasi deviasi standar. Sejauh ini kita bekerja dengan
distribusi probabilita tersendiri (tidak berkesinambungan), dimana variabel
random, seperti pengembalian hanya dapat berisi nilai-nilai tertentu di dalam
interval. Dalam kasus seperti ini kita tidak perlu menghitung deviasi standar
untuk menentukan probabilita keluaran tertentu. Untuk menentukan probabilita
dari pengembalian aktual, yang di dalam contoh kami kurang dari nol, kita lihat
pada bagian yang gelap dari tabel diatas bahwa probabilita adalah .05 + .10
= 15%. Prosedur tersebut sedikit lebih kompleks saat kita berhadapaan
dengan distribusi yang berkesinambungan (continous distribution), dimana
variabel random dapat berupa nilai apapun dalam interval. Dan untuk
pengembalian saham biasa, distribusi yang berkelanjutan lebih mempunyai asumsi
yang realistis, dimana setiap angka dari hasil-hasil yang mungkin terjadi
bervariasi dari yang mempunyai kerugian bessar sampai yang memiliki keuntungan
besar.
Asumsikan bahwa kita sedang berada dalam
distribusi normal (continous) pengembalian. Keadaannya adalah simetris
dan bell-shaped (berbentuk lonceng), dan 68% dari distribusi turun dalam satu
deviasi standar. Dengan menyatakan perbedaan-perbedaan dari pengembalian yang
diharapkan dalam pengertian deviasi standar, kita dapat menentukan probabilita
saat pengembalian aktual akan menjadi lebih besar atau lebih kecil dari suatu
jumlah tertentu. Kita dapat mengilustrasikannya dengan contoh numeris.
Misalkan distribusi pengembalian kita
mendekati normal dengan pengembalian yang diharapkan adalah 95% dan deviasi
standar 8.38%. katakanlah bahwa kita berharap untuk mendapat probabilita dimana
pengembalian aktual yang akan datangakan kurang dari nol. Pertama-tama kita
menentukan berapa banyak deviasi standar 0% dari rata-rata (9%). Untuk tujuan
tersebut, kita hitung perbedaan anatara dua nilai ini, hasilnya adalah -0.09 /
0.0838 = -1.07 deviasi standar (tanda negatif mengingatkan kita bahwa kita
melihatnya dari sebelah kiri rata-rata). Secara umum kita menggunakan formula:


Dimana
R adalah btas suku bunga pengembalian dan Z (skor Z) menyatakan berapa besar
deviasi standar R dari rata-rata.
Seperti yang telah kita lihat,
distribusi deviasi standar pengembalian berubah menjadi pengukuran risiko yang
lebih tidak beraturan (berubah-ubah). Pengukuran tersebut dapat memberikan
pengukuran absolut dari penyimpangan pengembalian – semakin tinggi deviasi
standar, semakin besar ketidakpastian dari hasil aktual. Sebagai tambahan, kita
dapat menggunakannya untuk menentukan kemungkinan bahwa hasil aktual akan lebih
besar atau lebih kecil dari jumlah tertentu. Bgaimanapun, ada yang menyarankn
supaya pertimbangan kita seharusnya dengan risiko down side – kemungkinan
terjadi lebih kecil dari yang diharapkan – dari pada berubah-ubah diatas dan
dibawah rata-rata adalah sama – deviasi standar tetap bekerja. Semakin besar
deviasi standar, semakin besar kemungkinan kekecewaan yang besar[7].
6. Cara Mengukur Risiko Yang Berdiri Sendiri
Risiko
yang berdiri sendiri didefinisikan sebagai distribusi probabilitas yakni suatu
peristiwa didefinisikan sebagai peluang terjadinya suatu peristiwa. Sebelumnya
telah dikemukakan bahwa semakin rapat distribusi probabilitas tingkat pengembalian
yang diharapkan (expected return) dimasa depan, semakin kecil resiko
investasi. Ada beberapa cara pengukuran terhadap risiko yang berdiri sendiri,
yakni;
1. Koefisien
variasi
Koefisien variasi (CV)
menunjukkan risiko per unit pengembalian dan menghasilkan dasar yang lebih
berarti untuk perbandingan, apabila pengembalian yang diharapkan atas dua
alternatif tidak sama. Jika sebuah pilihan harus diambil diantara dua investasi
yang mempunyai standar deviasi yang lebih rendah, maka ukuran rasio yang lebih
tepat adalah koefisien variasi (CV).
Formulasinya:
Koefisien variasi = CV = 

Di mana : σ =
standar deviasi
ER = expected return
Suatu
investasi yang mempunyai koefisien variasi (CV) tingkat pengembalian yang
diharapkan (expected return) lebih rendah, maka investasi tersebut lebih
kecil risikonya, meskipun standar deviasinya lebih tinggi. Sebagai contoh dapat
dilihat data estimasi tingkat pembelian dari empat alternative investasi,
seperti dalam table berikut.
Kondisi Ekonomi
|
Pb
|
T-Bills
|
Corporate Bonds
|
Project 1
|
Project 2
|
Sangat buruk
|
0,05
|
8,00%
|
12,00%
|
(3,00%)
|
2,00%
|
Buruk
|
0,20
|
8,00%
|
10,00%
|
6,00%
|
9,00%
|
Normal
|
0,50
|
8,00%
|
9,00%
|
11,00%
|
12,00%
|
Baik
|
0,20
|
8,00%
|
8,50%
|
14,00%
|
15,00%
|
Sangat baik
|
0,05
|
8,00%
|
8,00%
|
19,00%
|
26,00%
|
Expect. Return
|
1,00
|
8,00%
|
9,20%
|
10,30%
|
12,00%
|
Dari
tabel diatas, dapat dijelaskan, misalnya seseorang mempunyai dana $100,000 dan
akan diinvestasikan selama satu tahun. Ada empat alternative yang dapat
dipilih, yaitu sebagai berikut:
1.
Investasi pada obligasi pemerintah (Treasury Bills) yang
menawarkan bunga 8%pertahun. Treasury Bills (T-Bills) dibeli dengan diskon
dan dibayar kembali pada saat jatuh tempo sebesar nilai nominalnya.
2.
Investasi perusahaan yang menawarkan kupon 9% per tahun dan
akan jatuh tempo dalam 10 tahun. Namum, perusahaan dapat menjualnya kembali
pada tahun pertama, sehingga nilai jual obligasi tersebut akan sangat
ditentukan oleh tingkat bunga pada akhir tahun pertama. Seperti diketahui bahwa
tingkat bunga sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi secara umum. Jika kondisi
ekonomi membaik , maka tingkat bunga akan meningkat, dan selanjutnya akan
menurunkan nilai obligasi.
3.
Investasi pada proyek 1 yang memerlukan investasi awal $
100,000. Proyek 1 memberikan aliran kas nol selama tahun pertama dan menerima
pada akhir tahun pertama sangat tergantung kepada kondisi ekonomi .
4.
Investasi pada proyek 2 yang memerlukan investasi awal $
100,000. Proyek ini hamper sama denga proyek 1 dan hanya berbeda pada
distribusi penerimaan kas akhir tahun
pertama.
Dari
Tabel di atastersebut jika di hitung expected return, variance, standar
variasi, dan koefisien variasi (CV) –nya adalah:
Expect Return of Risk Measure
|
T-Bills
|
Corporate Bonds
|
Project 1
|
Project 2
|
Expacted Return
|
8,00%
|
9,20%
|
10,30%
|
12,00%
|
Variance
|
0,00%
|
0,71%
|
19,31%
|
23,20%
|
Standar Deviasi
|
0,00%
|
0,84%
|
4,39%
|
4,82%
|
Cover
|
0,00%
|
0,09%
|
0,43%
|
0,40%
|
Investasi
padaT-Bills mempunyai varian dan standar deviasi yang paling kecil dan proyek 2
mempunyai variance dan standar deviasi tertinggi
1. Risiko
dalam konteks portofolio
Aktiva keuangan disimpan
sebagai bagian dari portofolio. Bahkan, investasi individu (setidak-tidaknya
yang menyimpan sekuritas sebagai bagian dari total kekayaannya) umunya
menyimpan dalam bentuk portofolio, tidak hanya saham dari suatu perusahaan.
Dari sudut pandang investor, kenyataan bahwa saham tertentu akan naik atau
turun merupakan hal yang tidak penting. Dan hal yang penting adalah
pengembalian atas portofolio dan risikoportofolio. Teori portofolio menekankan
pada usaha untuk mencari kombinasi investasi optimal yang memberikan tingkat
keuntungan atau rate of return secara maksimal pada tingkat risiko
tertentu.
2. Pengembalian
portofolio
Pengembalian yang diharapkan
atas portofolio (respected return on a portofolio) adalah rata – rata
tertimbang dari pengembalian yang diharapkan atas aktiva individu dalam
portofolia, dengan bobot menjadi pecahan dari total portofolio yang
diinvestasikan dalam aktiva.
Formulasinya:
ERp =W1.R1 + W2.R2
+ ....+ Wn.Rn atau ERp =
.


Dimana :
ERp =
pengembalian yang diharapakan atas saham portofolio
Wi =
bobot, dan Wi harus berjumlah 1,00
Ri = tingkat pengembalian yang diharapkan atas saham individual
Sebagai
contoh, pada bulan agustus analisis sekuritas mengetimasikan bahwa rate of
return dapat diharapkan atas saham – saham dari empat perusahaan besar sebagai
berikut.
Perusahaan
|
Expected ror
(ER)
|
Microsoft
General Electric
Artic Oil
Citicrop
|
14%
13%
20%
18%
|
Jika ingin membentuk portofolio $
100,000 lalu menginvestasikan sebasar masing – masing $ 25,000 dalam setiap saham, maka expected
ror-nya adalah:
ERp = 0,25 (14%) + 0,25 (13%) + 0.25
(20%) + 0,25 (18%)
= 16,25%
3. Mengukur
risiko portofolio
Seperti halnya mengukur
risiko investasi secara individual, mengukur investasi portofolio juga
menggunakan konsep standar deviasi, yaitu standar deviasi portofolio.
Formulasinya:
Portofolio standar deviasi =
σp = 

Di
mana:
sp = standar deviasi portofolio
Rpi = pengembalian portofolio selama 1
tahun
ERP = pengembalian yang diharapkan portofolio

4. Koefisien
korelasi dan koefisien variasi (Cov)
Ada dua konsep kunci dalam
portolio analisis, yaitu Covarians dan Correlation Coefficient.
Koefisien determinasi (r kuadrat) digunakan untuk mengukur besarnya varian dari
suatu variabel independen dalam persentase. Akar kuadrat dari koefisien determinasi
disebut koefisien korelasi. Angka tersebut didefinisikan sebagai covariance
antara variabel dependent dan variabel independent, dibagi dengan
hasil perkalian standar deviasi masing – masing
rAB =
persamaan tersebut
dapat diubah menjadi , COV (AB) = rAB . σA . σB

sedangkan
definisi dari Covariance adalah:
Covariance
= COV (AB) 

Di
mana:
COV
(AB) = covariance saham A dan B
Rai = return saham A selama 1 tahun
Rbi = return saham B selama 1 tahun
Pi = probabilitas untuk setiap kejadian
ERA = expected return saham A
ERB = expected return saham B
5. Capital Asset Pricing Model
Diketahhui para investor menuntut secara
resmi dalam menghadapi resiko, yaitu semakin tinggi resiko sekuritas, semakin
tinggi pengembaliannya yang diharapkan untuk menarik investor agar membeli saham. Akan tetapi, jika
investor lebih memperhatikan resiko portofolio dari pada resiko sekuritas
individu dalam portovolio, bagaimana resiko saham individu harus diukur? Salah
satu jawabanya yang diberikan oleh CAPM, yakni suatu alat penting yang
digunakan untuk menganalisis hubungan antara resikodan tingkat pengembalian
Capital Asset Pricing Model merupakan model yang
didasarkan atas proporsi bahwa tingkat pengembalian atas saham yang diperlukan
sama dengan tingkat pengembalian bebas resiko, ditambahi premi resiko yang
hanya mencerminkan resiko yang yang ada setelah diversifikasi. Kesimpulan CAPM
adalah resiko yang relavan dari saham individu merupakan kontribusi terhadap
resiko portofolio yang didiversifikasi dengan baik. Resiko yang tetap ada
setelah didiversifikasi merupakan resiko pasar atau resiko melekat pada pasar.
Hal itu dapat diukur oleh suatu tingkatan ketika saham tertentu dalam pasar
cenderung bergerak ke atas dan ke bawah[8]
BAB III
KESIMPULAN
1.
Risk and return
merupakan kondisi yang dialami oleh perusahaan, institusi dan individu dalam
keputusan investasi yaitu baik kerugian ataupun keuntungan dalam suatu periode
akuntasi.
2.
Dalam dunia investasi
dikenal adanya hubungan kuat antara risk dan return, yaitu jika risiko tinggi maka return (keuntungan)
juga akan tinggi begitu pula sebaliknya jika return rendah maka risiko juga
akan rendah.
3.
Probabilitas dapat
didefinisikan sebagai peluang akan terjadinya suatu peristiwa. Sedangkan distribusi
probabilitas adalah daftar kemungkinan setiap kejadian dan hasil yang
ditentukan oleh probabilitas.
4.
Ada beberapa cara mengukur risiko yang berdiri sendiri
yaitu:
1. Koefisien variasi
2. Risiko dalam konteks
portofolio
3. Pengembalian portofolio
4. Mengukur risiko
portofolio
5. Koefisien korelasi dan
koefisien variasi (Cov)
6. Risiko dari portofolio
dua-aset
DAFTAR PUSTAKA
Fahmi Irham. 2013.Pengantar Manajemen Keuangan. Bandung:
ALFABETA.
Fiastiani
Diah, 2010. “Modul Manajemen Keuangan, Risiko dan Tingkat Pengembalian”,
(Online), (http://mercubuana.ac.id/files/DIAH%20FIESTIANI%20-%20MANAJEMEN%20KEUANGAN--OK-1-7,9-15%20%28Genap%200910%29/Modul-7.pdf#page=1&zoom=auto,0,210
diakses tahun 2010).
John dan James. 1997. Prinsip-prinsip
Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Margaretha Farah. 2014. Dasar-dasar
Manajemen Keuangan.Jakarta:
Dian Rakyat.
Moeljadi. 2006.Manajemen Keuangan.Malang:
Bayumedia.
[1]Moeljadi, Manajemen
Keuangan, (Malang: Bayumedia, 2006),
82.
[2]Irham
Fahmi, Pengantar Manajemen Keuangan, (Bandung: ALFABETA, 2013), 358
[3]Irham Fahmi, Pengantar
Manajemen Keuangan, (Bandung: ALFABETA, 2013), 359
[4]Moeljadi, Manajemen
Keuangan, (Malang: Bayumedia, 2006),
82.
[5]http://mercubuana.ac.id/files/DIAH%20FIESTIANI%20-%20MANAJEMEN%20KEUANGAN--OK-1-7,9-15%20%28Genap%200910%29/Modul-7.pdf#page=1&zoom=auto,0,210
[6] James dan John, Prinsip-prinsip
Manajemen Keuangan, (Jakarta: Salemba Empat, 1997), 96
[7]James dan John, Prinsip-prinsip
Manajemen Keuangan, (Jakarta: Salemba Empat, 1997), 97
[8]
Moeljadi, manajemen keuangan, malang: Bayumedia, 2006, hal 93
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
cukup membantu
Posting Komentar