RISIKO dan TINGKAT PENGEMBALIAN



BAB I
PENDAHULUAN
1.             Latar belakang Masalah
Risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya peristiwa yang tidak menguntungkan. Sebagai istilah ekonomi, risiko memiliki arti probabilitas tidak tecapainya tingkat keuntungan yang diharapkan (return) atau juga berarti kemungkinan return yang diterima menyimpang dari return yang diharapkan. Sementara isilah return itu sendiri memiliki arti keuntungan yang diharpkan oleh perusahaan (Farah Margaretha, 2014: 67).
Banyak orang mengakui bahwa risiko harus diperhatikan dalam menentukan nilai antara risiko dan hasil pengembalian membentuk dasar untuk memaksimumkan kekayaan pemegang saham. Dan selanjutnya, ada kontroversi terhadap apa sebetulnya risiko dan bagaimana risiko harus diukur (James dan John, 1997: 94).
Dari uraian diatas, penulis ingin membahas tentang risiko dan tingkat pengembalian, semoga pembahasan ini bisa menjadi tambahan ilmu serta bisa kita gunakan dalam praktik sesungguhnya dalam memegang perusahaan, serta menjadi investasi kami di akhirat kelak. Amien……  

2.             Rumusan Masalah
1.   Apakah pengertian risiko dan tingkat pengembalian?
2.   Bagaimanakah penggunaan distribusi probabilitas untuk mengukur risiko?
3.   Bagaimanakah cara mengukur risiko yang berdiri sendiri?

4.   Tujuan
1.   Untuk mengetahui pengertian risiko dan tingkat pengembalian.
2.   Untuk mengetahui penggunaan distribusi probabilitas dalam mengukur risiko.
3.   Untuk mengetahui cara mengukur risiko yang berdiri sendiri.




BAB II
PEMBAHASAN

1.             Pengertian Risiko dan Tingkat Pengembalian
1.   DefinisiRisiko(Risk)
Risiko didefinisikan dalam kamus Webster’s sebagai  kecelakaan, ’’bahaya yang dihadapkan pada kerugian atau kecelakaan”. Risiko mengacu pada peluang bahwa beberapa kejadian yang tidak menguntungkan.
Risiko aktiva dapat dianalisis dengan dua cara, yaitu sebagai berikut:
1.             Atas dasar berdiri sendiri (Stand-Alone Basis)
Merupakan risiko yang akan dihadapi investor,jika dia hanya memiliki satu jenis aktiva, baik aktiva riil maupun aktiva keuangan.
2.             Atas dasar portofolio (Portofolio Basis)
Portofolio adalah sekumpulan investasi aktiva atau sekuritas, sebagai salah satu dari seluruh aktiva atau sekuritas dalam portofolio.
Tidak ada investasi yang akan dilakukan, kecuali tingkat pengemblian yang diharapkan cukup tinggi untuk mengompensasi investor atas risiko investasi yang dihadapinya. Secara alamiah, risiko investasi mungkin tidak menghasilkan tingkat pengembalian yang diharapkan. Jika aktiva selalu memberikan tingkat pengembalian yang diharapkan, maka aktiva tersebut tidak akan berisiko.
          Risiko investasi dihubungkan dengan probabilitas laba aktual yang lebih kecil dari pada tingkat pengembalian yang diharapkan. Jikaa peluang tingkat pengembaliannya rendah atau  negatif, maka investasi tersebut semakin  berisiko[1].
1.   Definisi  Return
Return adalah keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan, individu dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukannnya. Adapun menurut R.J. Shook return merupakan laba investasi, baik melalui bunga ataupun dividen.
Ada beberapa pengertian  return  yang umum dipakai dalam dunia investasi, yaitu:
1.   Return  on equity  atau imbal hasil atas ekuitasmerupakan pendapatan bersih dibagi ekuitas pemegang saham.
2.Return of capital  atau imbal hasil atas modal merupakan pembayaran kas yang tidak kena pajak kepada pemegang saham yang mewakili imbal hasil modal yang di investasikan dan bukannnya distribusi dividen. Investor mengurangi biaya investasi dengan jumlah pembayaran.
3.   Return on investment  atau imbal hasil atas investasi merupakan membagi pendapatan sebelum pajak terhadap investasi untuk memperoleh angkan yang mencerminkan hubungan antara investasi dan laba.
4.Return on invested capital  atau imbal hasil atas modal investasi merupakan pendapatan bersih dan pengeluaran bungan perusahaan dibagi total kapitalisasi perusahaan.
5.Return realisasi ( realized return) merupakan return yang telah terjadi.
6.   Return on net work  atau imbal atas kekayaan bersih merupakan pemegang saham dapat menentukan imbal hasilnya dengan membandingkan laba bersih setelah pajak  dengan kekayaan bersihnya.
7.Return on sales  atau imbal hasil atas penjualannnya merupakan untuk menentukan efesiensi operasi perusahaan, seseorang dapat membandingkan persentase penjualan bersihnya yang mencerminkan laba sebelum pajak terhadap variabel yang sama dari periode sebelumnya. Persentase yang menunjukkan tingkat efisien operasi ini bervariasiantar industri.
8.Return  ekspektasi  ( expected return) merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor  di masa mendatang.
9.   Return total (total return) merupakan keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu.
10. Return  realisasi portofolio  ( portfolio realized return) merupakan rata-rata tertimbang dari return-return realisasi masing-masing sekuritas tunggal di dalam portofolio.
11. Return ekspektasi portofolio ( portfolio expected return) merupakan rata-rata tertimbang dari return-returnekspektasi masing-masing sekuritas tunggal di dalam portofolio[2].

1.   Definisi Risk and Return
Risk and return merupakan kondisi yang dialami oleh perusahaan, institusi dan individu dalam keputusan investasi yaitu baik kerugian ataupun keuntungan dalam suatu periode akuntasi. Dalam dunia investasi dikenal adanya hubungan kuat antara risk dan retu, yaitu jika risiko tinggi maka return (keuntungan) juga akan tinggi begitu pula sebaliknya jika return rendah maka risiko juga akan rendah. Dapat disimpulkan pernyataan di atas bahwa hubungan antara risk and return adalah:
1.   Bersifat linear atau searah.
2.   Semakin tinggi return maka semakin tinggi pula risiko.
3.   Semakin besar asset kita tempatkan dalam keputusan investasi maka semakin besar pula risiko yang timbul dari investasi tersebut.
4.   Kondisi hubungan yang bersifat linear ini hanya mungkin terjadi pada pasar yang bersifat normal, karena pada kondisi pasar yang tidak normal semua ini bisa saja berubah atau tidak seperti yang diharapkan[3].

5.             Penggunaan Distribusi Probabilitas Untuk Mengukur Risiko
        Probabilitas dapat didefinisikan sebagai peluang akan terjadinya suatu peristiwa. Sedangkan distribusi probabilitas adalah daftar kemungkinan setiap kejadian dan hasil yang ditentukan oleh probabilitas[4]. Pengembalian saham akan datang melalui deviden plus modal, yang dapat diartikan semakin tinggi probabilitas perusahaan tersebut akan gagal mencapai kinerja seperti yang diinginkan, maka ekspektasi pengembaliannya harus semakin tinggi untuk dapat membuat anda berinvestasi dalam saham tersebut[5].
        Distribusi probabilita dapat diringkas menjadi 2 parameter distribusi yaitu: (1) pengembalian yang diharapkan, dan (2) deviasi standar.

1.   Pengembalian yang diharapkan dan Deviasi Standar
Pengembalian yang diharapkan, Ṝ , adalah:


Dimana Ri, adalah pengembalian untuk kemugkinan ke – i, Pi adalah probabilita terjadinya pengembalian tersebut, dan n adalah jumlah total probabilita. Karena itu, pengembalian yang diharapkan secara sederhana dalah rata-rata tertimbang dari pengembalian yang memungkinkan, dengan penimbang-penimbangnya sebagai probabilita terjadinya. Untuk distribusi dari pengembalian yang memungkinkan, seperti yang ditunjukkan dalam tabel 5-1, pengembalian yang diharapkan adalah 9%.
   Untuk melengkapi gambaran kedua parameter distribusi pengembalian, kita perlu pengukuran dispersi atau penyimpangan di sekitar pengembalian di sekitar pengembalian yang diharapkan. Pengukuran konvensional dispersi adalah deviasi standar. Semakin besar deviasi standar pengembalian, semakin besar penyimpangan hasil pengembalian, semakin besar resiko investasi. Deviasi standar, o , dapat dirumuskan secara metematis:

                       
Dimana  menyatakan akar akurat. Kuadrat dari hasil deviasi standar σ 2, dikenal sebagai varians distribusi. Secara operasional biasanya kita hitung dulu varians distribusi, atau rata-rata tertimbang deviasi yang yang dikuadratkan dari kemungkinan terjadinya rata-rata distribusi, dengan penimbang yang menjadi probabilita terjadinya. Kemudian, akar kuadrat dari gambaran ini menghasilkan deviasi standar. Tabel dibawah ini menunjukkan contoh besarnya varians distribusinya adalah 0,00703. Jika nilai ini di akar kuadratkan, maka deviasi standar distribusi adalah 8,38%[6].

Tabel, ilustrasi penggunaan distribusi probablitas dari kemungkinan pengembalian dari satu tahun untuk menghitung pengembalian yang diharapkan dan deviasi standar dari pengembalian.

Pengembalian yang mungkin, Ri
Probabilita terjadinya, Pi
Penghitungan Varians
-.10
.05
-0.05
(-.10 -.09)2 (.05)
-.02
.10
-0.02
(-.02 -.09)2 (.10)
.04
.20
.008
(-.04 -.09)2 (.20)
.09
.30
.027
(-.09 -.09)2 (.30)
.14
.20
.028
(-.14 -.09)2 (.20)
.20
.10
.020
(-.20 -.09)2 (.10)
.28
.05
.014
(-.28 -.09)2 (.05)

Devisiasi Standar = (0.00703) = .083 =

Penggunaan informasi deviasi standar. Sejauh ini kita bekerja dengan distribusi probabilita tersendiri (tidak berkesinambungan), dimana variabel random, seperti pengembalian hanya dapat berisi nilai-nilai tertentu di dalam interval. Dalam kasus seperti ini kita tidak perlu menghitung deviasi standar untuk menentukan probabilita keluaran tertentu. Untuk menentukan probabilita dari pengembalian aktual, yang di dalam contoh kami kurang dari nol, kita lihat pada bagian yang gelap dari tabel diatas bahwa probabilita adalah .05 + .10 = 15%. Prosedur tersebut sedikit lebih kompleks saat kita berhadapaan dengan distribusi yang berkesinambungan (continous distribution), dimana variabel random dapat berupa nilai apapun dalam interval. Dan untuk pengembalian saham biasa, distribusi yang berkelanjutan lebih mempunyai asumsi yang realistis, dimana setiap angka dari hasil-hasil yang mungkin terjadi bervariasi dari yang mempunyai kerugian bessar sampai yang memiliki keuntungan besar.
   Asumsikan bahwa kita sedang berada dalam distribusi normal (continous) pengembalian. Keadaannya adalah simetris dan bell-shaped (berbentuk lonceng), dan 68% dari distribusi turun dalam satu deviasi standar. Dengan menyatakan perbedaan-perbedaan dari pengembalian yang diharapkan dalam pengertian deviasi standar, kita dapat menentukan probabilita saat pengembalian aktual akan menjadi lebih besar atau lebih kecil dari suatu jumlah tertentu. Kita dapat mengilustrasikannya dengan contoh numeris.
   Misalkan distribusi pengembalian kita mendekati normal dengan pengembalian yang diharapkan adalah 95% dan deviasi standar 8.38%. katakanlah bahwa kita berharap untuk mendapat probabilita dimana pengembalian aktual yang akan datangakan kurang dari nol. Pertama-tama kita menentukan berapa banyak deviasi standar 0% dari rata-rata (9%). Untuk tujuan tersebut, kita hitung perbedaan anatara dua nilai ini, hasilnya adalah -0.09 / 0.0838 = -1.07 deviasi standar (tanda negatif mengingatkan kita bahwa kita melihatnya dari sebelah kiri rata-rata). Secara umum kita menggunakan formula:

Dimana R adalah btas suku bunga pengembalian dan Z (skor Z) menyatakan berapa besar deviasi standar R dari rata-rata.
            Seperti yang telah kita lihat, distribusi deviasi standar pengembalian berubah menjadi pengukuran risiko yang lebih tidak beraturan (berubah-ubah). Pengukuran tersebut dapat memberikan pengukuran absolut dari penyimpangan pengembalian – semakin tinggi deviasi standar, semakin besar ketidakpastian dari hasil aktual. Sebagai tambahan, kita dapat menggunakannya untuk menentukan kemungkinan bahwa hasil aktual akan lebih besar atau lebih kecil dari jumlah tertentu. Bgaimanapun, ada yang menyarankn supaya pertimbangan kita seharusnya dengan risiko down side – kemungkinan terjadi lebih kecil dari yang diharapkan – dari pada berubah-ubah diatas dan dibawah rata-rata adalah sama – deviasi standar tetap bekerja. Semakin besar deviasi standar, semakin besar kemungkinan kekecewaan yang besar[7].

6.   Cara Mengukur Risiko Yang Berdiri Sendiri
Risiko yang berdiri sendiri didefinisikan sebagai distribusi probabilitas yakni suatu peristiwa didefinisikan sebagai peluang terjadinya suatu peristiwa. Sebelumnya telah dikemukakan bahwa semakin rapat distribusi probabilitas tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) dimasa depan, semakin kecil resiko investasi. Ada beberapa cara pengukuran terhadap risiko yang berdiri sendiri, yakni;
1.   Koefisien variasi
Koefisien variasi (CV) menunjukkan risiko per unit pengembalian dan menghasilkan dasar yang lebih berarti untuk perbandingan, apabila pengembalian yang diharapkan atas dua alternatif tidak sama. Jika sebuah pilihan harus diambil diantara dua investasi yang mempunyai standar deviasi yang lebih rendah, maka ukuran rasio yang lebih tepat adalah koefisien variasi (CV).
                   Formulasinya:
                   Koefisien variasi = CV =
                   Di mana :          σ          = standar deviasi
                                           ER        = expected return
Suatu investasi yang mempunyai koefisien variasi (CV) tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) lebih rendah, maka investasi tersebut lebih kecil risikonya, meskipun standar deviasinya lebih tinggi. Sebagai contoh dapat dilihat data estimasi tingkat pembelian dari empat alternative investasi, seperti dalam table berikut.

Kondisi Ekonomi
Pb
T-Bills
Corporate Bonds
Project 1
Project 2
Sangat buruk
0,05
8,00%
12,00%
(3,00%)
2,00%
Buruk
0,20
8,00%
10,00%
6,00%
9,00%
Normal
0,50
8,00%
9,00%
11,00%
12,00%
Baik
0,20
8,00%
8,50%
14,00%
15,00%
Sangat baik
0,05
8,00%
8,00%
19,00%
26,00%
Expect. Return
1,00
8,00%
9,20%
10,30%
12,00%

Dari tabel diatas, dapat dijelaskan, misalnya seseorang mempunyai dana $100,000 dan akan diinvestasikan selama satu tahun. Ada empat alternative yang dapat dipilih, yaitu sebagai berikut:
1.   Investasi pada obligasi pemerintah (Treasury Bills) yang menawarkan bunga 8%pertahun. Treasury Bills (T-Bills) dibeli dengan diskon dan dibayar kembali pada saat jatuh tempo sebesar nilai nominalnya.
2.   Investasi perusahaan yang menawarkan kupon 9% per tahun dan akan jatuh tempo dalam 10 tahun. Namum, perusahaan dapat menjualnya kembali pada tahun pertama, sehingga nilai jual obligasi tersebut akan sangat ditentukan oleh tingkat bunga pada akhir tahun pertama. Seperti diketahui bahwa tingkat bunga sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi secara umum. Jika kondisi ekonomi membaik , maka tingkat bunga akan meningkat, dan selanjutnya akan menurunkan nilai obligasi.
3.   Investasi pada proyek 1 yang memerlukan investasi awal $ 100,000. Proyek 1 memberikan aliran kas nol selama tahun pertama dan menerima pada akhir tahun pertama sangat tergantung kepada kondisi ekonomi .
4.   Investasi pada proyek 2 yang memerlukan investasi awal $ 100,000. Proyek ini hamper sama denga proyek 1 dan hanya berbeda pada distribusi penerimaan kas akhir  tahun pertama.

Dari Tabel di atastersebut jika di hitung expected return, variance, standar variasi, dan koefisien variasi (CV) –nya adalah:
Expect Return of Risk Measure
T-Bills
Corporate Bonds
Project 1
Project 2
Expacted Return
8,00%
9,20%
10,30%
12,00%
Variance
0,00%
0,71%
19,31%
23,20%
Standar Deviasi
0,00%
0,84%
4,39%
4,82%
Cover
0,00%
0,09%
0,43%
0,40%

Investasi padaT-Bills mempunyai varian dan standar deviasi yang paling kecil dan proyek 2 mempunyai variance dan standar deviasi tertinggi

1.   Risiko dalam konteks portofolio
Aktiva keuangan disimpan sebagai bagian dari portofolio. Bahkan, investasi individu (setidak-tidaknya yang menyimpan sekuritas sebagai bagian dari total kekayaannya) umunya menyimpan dalam bentuk portofolio, tidak hanya saham dari suatu perusahaan. Dari sudut pandang investor, kenyataan bahwa saham tertentu akan naik atau turun merupakan hal yang tidak penting. Dan hal yang penting adalah pengembalian atas portofolio dan risikoportofolio. Teori portofolio menekankan pada usaha untuk mencari kombinasi investasi optimal yang memberikan tingkat keuntungan atau rate of return secara maksimal pada tingkat risiko tertentu.
2.   Pengembalian portofolio
Pengembalian yang diharapkan atas portofolio (respected return on a portofolio) adalah rata – rata tertimbang dari pengembalian yang diharapkan atas aktiva individu dalam portofolia, dengan bobot menjadi pecahan dari total portofolio yang diinvestasikan dalam aktiva.
     Formulasinya:
     ERp =W1.R1 + W2.R2 + ....+ Wn.Rn atau ERp =.     
     Dimana :
     ERp             = pengembalian yang diharapakan atas saham portofolio
     Wi                 = bobot, dan Wi harus berjumlah 1,00
     Ri         = tingkat pengembalian yang diharapkan atas saham individual

Sebagai contoh, pada bulan agustus analisis sekuritas mengetimasikan bahwa rate of return dapat diharapkan atas saham – saham dari empat perusahaan besar sebagai berikut.

Perusahaan

Expected ror (ER)

Microsoft
General Electric
Artic Oil
Citicrop

14%
13%
20%
18%

Jika ingin membentuk portofolio $ 100,000 lalu menginvestasikan sebasar masing – masing  $ 25,000 dalam setiap saham, maka expected ror-nya adalah:
ERp            = 0,25 (14%) + 0,25 (13%) + 0.25 (20%) + 0,25 (18%)
                 = 16,25%

3.   Mengukur risiko portofolio
Seperti halnya mengukur risiko investasi secara individual, mengukur investasi portofolio juga menggunakan konsep standar deviasi, yaitu standar deviasi portofolio.
Formulasinya:
Portofolio standar deviasi = σp          =
Di mana:
sp  = standar deviasi portofolio
Rpi     = pengembalian portofolio selama 1 tahun
ERP = pengembalian yang diharapkan portofolio
     = probabilitas pengembalian
      
4.   Koefisien korelasi dan koefisien variasi (Cov)
Ada dua konsep kunci dalam portolio analisis, yaitu Covarians dan Correlation Coefficient. Koefisien determinasi (r kuadrat) digunakan untuk mengukur besarnya varian dari suatu variabel independen dalam persentase. Akar kuadrat dari koefisien determinasi disebut koefisien korelasi. Angka tersebut didefinisikan sebagai covariance antara variabel dependent dan variabel independent, dibagi dengan hasil perkalian standar deviasi masing – masing
rAB =  persamaan tersebut dapat diubah menjadi , COV (AB) = rAB . σA . σB
sedangkan definisi dari Covariance adalah:
Covariance = COV (AB)
Di mana:
COV (AB)     = covariance saham A dan B
Rai               = return saham A selama 1 tahun
Rbi               = return saham B selama 1 tahun
Pi                 = probabilitas untuk setiap kejadian
ERA = expected return saham A
ERB = expected return saham B

5.   Capital Asset Pricing Model
Diketahhui para investor menuntut secara resmi dalam menghadapi resiko, yaitu semakin tinggi resiko sekuritas, semakin tinggi pengembaliannya yang diharapkan untuk menarik investor  agar membeli saham. Akan tetapi, jika investor lebih memperhatikan resiko portofolio dari pada resiko sekuritas individu dalam portovolio, bagaimana resiko saham individu harus diukur? Salah satu jawabanya yang diberikan oleh CAPM, yakni suatu alat penting yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara resikodan tingkat pengembalian
     Capital Asset Pricing Model merupakan model yang didasarkan atas proporsi bahwa tingkat pengembalian atas saham yang diperlukan sama dengan tingkat pengembalian bebas resiko, ditambahi premi resiko yang hanya mencerminkan resiko yang yang ada setelah diversifikasi. Kesimpulan CAPM adalah resiko yang relavan dari saham individu merupakan kontribusi terhadap resiko portofolio yang didiversifikasi dengan baik. Resiko yang tetap ada setelah didiversifikasi merupakan resiko pasar atau resiko melekat pada pasar. Hal itu dapat diukur oleh suatu tingkatan ketika saham tertentu dalam pasar cenderung bergerak ke atas dan ke bawah[8]






BAB III
KESIMPULAN

1.      Risk and return merupakan kondisi yang dialami oleh perusahaan, institusi dan individu dalam keputusan investasi yaitu baik kerugian ataupun keuntungan dalam suatu periode akuntasi.
2.      Dalam dunia investasi dikenal adanya hubungan kuat antara risk dan return, yaitu jika risiko tinggi maka return (keuntungan) juga akan tinggi begitu pula sebaliknya jika return rendah maka risiko juga akan rendah.
3.      Probabilitas dapat didefinisikan sebagai peluang akan terjadinya suatu peristiwa. Sedangkan distribusi probabilitas adalah daftar kemungkinan setiap kejadian dan hasil yang ditentukan oleh probabilitas.
4.      Ada beberapa cara mengukur risiko yang berdiri sendiri yaitu:
1.   Koefisien variasi
2.   Risiko dalam konteks portofolio
3.   Pengembalian portofolio
4.   Mengukur risiko portofolio
5.   Koefisien korelasi dan koefisien variasi (Cov)
6.   Risiko dari portofolio dua-aset




DAFTAR PUSTAKA
Fahmi Irham. 2013.Pengantar Manajemen Keuangan. Bandung: ALFABETA.
Fiastiani Diah, 2010. “Modul Manajemen Keuangan, Risiko dan Tingkat Pengembalian”, (Online), (http://mercubuana.ac.id/files/DIAH%20FIESTIANI%20-%20MANAJEMEN%20KEUANGAN--OK-1-7,9-15%20%28Genap%200910%29/Modul-7.pdf#page=1&zoom=auto,0,210 diakses tahun 2010).
John dan James. 1997. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Margaretha Farah. 2014. Dasar-dasar Manajemen Keuangan.Jakarta: Dian Rakyat.
Moeljadi. 2006.Manajemen Keuangan.Malang: Bayumedia.














  









                             






[1]Moeljadi, Manajemen Keuangan, (Malang: Bayumedia, 2006),  82.

[2]Irham Fahmi, Pengantar Manajemen Keuangan, (Bandung: ALFABETA, 2013), 358

[3]Irham Fahmi, Pengantar Manajemen Keuangan, (Bandung: ALFABETA, 2013), 359
[4]Moeljadi, Manajemen Keuangan, (Malang: Bayumedia, 2006),  82.
[6] James dan John, Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan, (Jakarta: Salemba Empat, 1997), 96
[7]James dan John, Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan, (Jakarta: Salemba Empat, 1997), 97
[8] Moeljadi, manajemen keuangan, malang: Bayumedia, 2006, hal 93

1 komentar:

Unknown mengatakan...

cukup membantu

Posting Komentar